“SABAR DAN IKHLAS DALAM DUNIA SENJA”
MANUSIA BATU???
JILID 1
Oleh- Ferirur Rahman - Dewi yana – yahadat.Net. All Rights Reserved
Pada umumnya kita semua bisa lebih sabar, disaat kita di uji
Allah dengan hal yang menyenagkan, tapi saat kita di uji Allah dengan ujian
yang tidak menyenangkan, seperti ujian kesulitan, ujian kehilangan dan atau
musibah maka kebanyakan dari kita, akan merasa begitu sulit menerimanya dan
sulit untuk bisa sabar.
Ujian kesulitan, ujian kehilangan, kekurangan musibah, penyakit, kemiskinan, adalah perkara biasa yang dihadapi oleh manusia selama hidup di dunia ini. Perhatikan firman Allah SWT berikut ini “ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah [2] : 155-157).
Ujian kesulitan, ujian kehilangan, kekurangan musibah, penyakit, kemiskinan, adalah perkara biasa yang dihadapi oleh manusia selama hidup di dunia ini. Perhatikan firman Allah SWT berikut ini “ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah [2] : 155-157).
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (QS. Al
‘Ankabuut [29] : 2)
Ketahuilah,
sabar akan sangat sulit dilakukan, apabila kita tidak mampu menyadari, bahwa
segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, pada hakikatnya hanyalah ujian. Harta
yang kita miliki, karir yang bagus, rumah dan mobil mewah yang kita miliki,
anak dan keluarga, itu semua adalah ujian dari Allah dan titipan Allah. Apakah
kita bersyukur atau menjadi kufur?
Kita harus memahami dengan sebaik-baiknya bahwa Allah lah
pemilik yang sebenar-benarnya atas segala sesuatu apapun yang kita miliki di
dunia ini. Dengan menyadari bahwa semua yang kita miliki sebenarnya adalah
milik Allah dan titipan Allah, maka begitu Allah mengambilnya dari kita, insya
Allah kita akan lebih mudah merelakannya. Karena kita menyadari, bahwa semua
itu adalah milik Allah dan titipan Allah. Dan yang namanya titipan, suatu
saat nanti memang pasti akan kembali pada pemiliknya, kapanpun pemiliknya
menghendaki apa yang dititipkan kembali atau mau mengambilnya dari kita, maka
kita harus dengan rela memberikannya.
Jadi,
jangan menjadi stres, terpukul dan merasa kehilangan yang sangat berat, apabila
kemarin kita masih punya mobil, sekarang sudah tidak lagi, jangan stres dan
bersedih hati apalagi sampai meratapi nasib, apabila bulan kemarin usaha kita
masih sukses, sedangkan sekarang kita mengalami kegalalan yang besar.
Karena sesungguhnya dengan adanya musibah, maka seorang
hamba akan mendapatkan pengampunan dari Allah SWT. Perhatikan sabda
Rasulullah saw berikut ini: “Tak seorang muslim pun yang ditimpa
gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan
dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan
dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR
Bukhari dan Muslim).
Ketahuilah
dan yakinlah, bahwa sesungguhnya dalam setiap cobaan berat yang Allah SWT
berikan untuk kita, maka ada hikmah dan pahala yang besar yang menyertainya.
Seperti sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya pahala yang besar
itu, bersama dengan cobaan yang besar pula. Dan apabila Allah mencintai suatu
kaum maka Allah akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridha
maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang murka, maka murka pula
yang akan didapatkannya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani dalam as-Shahihah
[146]).
Rasulullah SAW bersabda : “Tiada henti-hentinya
cobaan akan menimpa orang mukmin dan mukminat, baik mengenai dirinya, anaknya,
atau hartanya sehingga ia kelak menghadap Allah SWT dalam keadan telah bersih
dari dosa (HR. Tirmidzi).
Rasulullah
SAW bersabda, “Tidaklah seseorang mendapatkan pemberian yang lebih
baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita harus rela menerima segala ketentuan Allah dan menyadari bahwa apapun
yang terjadi, sudah ditetapkan Allah SWT dalam Lauhul Mahfuzh. Kita wajib
menerima segala ketentuan Allah dengan penuh keikhlasan. Allah SWT berfirman
: “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS
al-Hadid [57] : 22)
Apabila kita ditimpa musibah baik besar maupun kecil,
sebaiknya kita mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun
(sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya-lah kami kembal).
ini dinamakan dengan kalimat istirja’ (pernyataan kembali kepada Allah SWT).
Kalimat istirja’ akan lebih sempurna lagi jika ditambah, setelahnya dengan doa
yang diajarkan oleh Rasulullah SAW sebagai berikut :“Ya Allah, berilah
ganjaran atas musibah yang menimpaku dan gantilah musibah itu yang lebih baik
bagiku.” Barangsiapa yang membaca kalimat istirja’ dan berdo’a dengan doa
di atas niscaya Allah SWTakan menggantikan musibah yang menimpanya dengan
sesuatu yang lebih baik. (Hadits riwayat Al Imam Muslim 3/918 dari shahabiyah Ummu
Salamah.)
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila ada anak salah
seorang hamba itu meninggal maka Allah bertanya kepada malaikat-Nya, ‘Apakah
kalian mencabut nyawa anak hamba-Ku?’. Maka mereka menjawab, ‘Ya.’ ‘Apakah
kalian telah mencabut nyawa buah hati hamba-Ku?’. Maka mereka menjawab ‘Ya.’
Lalu Allah bertanya, ‘Apa yang diucapkan oleh hamba-Ku?’. Mereka menjawab, ‘Dia
memuji-Mu dan beristirja’ -membaca innaa lillaahi dst-..’ Maka Allah berfirman,
‘Bangunkanlah untuk hamba-Ku itu sebuah rumah di surga, dan beri nama rumah itu
dengan Bait al-Hamd.’.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani dalam as-Shahihah
[1408]).
Perhatikan
sabda Rasulullah SAW berikut ini : “Sungguh mengagumkan urusan seorang
mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Dan hal itu tidak akan
diperoleh kecuali oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan, maka
dia bersyukur. Maka hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia
tertimpa kesusahan maka dia bersabar. Maka itu juga merupakan kebaikan
baginya.” (HR. Muslim)
Setiap amalan akan diketahui pahalanya kecuali kesabaran,
karena pahala kesabaran itu, tanpa batas. Sebagaimana firman Allah SWT
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan
ganjaran/pahala mereka tanpa batas.” (Az Zumar: 10)
Berikut
ini beberapa hal yang perlu diperhatikan, yang bila kita renungkan dan pahami
dengan sebaik-baiknya, insya Allah bisa membuat kita semua bisa sabar dan
ikhlas dalam menghadapi ujian-Nya yang paling berat sekalipun :
- Kita harus percaya pada jaminan
Allah bahwa : ”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya” (QS Al Baqarah [2] : 286).
Allah SWT yang memiliki diri kita, sangat tahu kemampuan kita,
jadi tidak akan mungkin Allah memberikan ujian yang melebihi batas
kemampuan kita.
- Sebenarnya, kita semua pasti
mampu untuk bisa sabar dalam segala ujian dan segala keadaan, asalkan kita
kuat iman.
- Coba kita tanyakan pada diri
kita, saat kita ditimpa suatu ujian kesulitan, kesedihan dan atau
kehilangan, apa manfaat yang bisa kita ambil kalau kita tidak sabar dan
tidak mengikhlaskannya? Apakah dengan ”tidak sabar” dan ”tidak ikhlas” nya
kita, maka bisa menghadirkan kenyamanan untuk kita? Atau bisa membuat
ujian tersebut tidak jadi datang atau tidak jadi menimpa kita? Sekarang
mari kita pikirkan kembali, kita sabar atau tidak sabar, ikhlas atau tidak
ikhlas, ujian kesulitan / kesedihan atau musibah tetap terjadi dan menimpa
kita kan? Jadi lebih baik kita terima dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan. Bila kita bisa sabar dan ikhlas menerimanya, maka insya Allah,
tidak akan terasa berat lagi ujian tersebut, percayalah. Dan ingat, dalam
sabar, terkandung ridha Allah SWT. Dan ridha Allah SWT terhadap kita,
adalah segalanya.
- Kita harus selalu baik sangka
kepada Allah SWT dan jangan pernah sekalipun meragukan dan mempertanyakan
keputusan, ketetapan, pengaturan dan ketentuan Allah. Kita harus
bisa sabar dan ridha terhadap apapun keputusan, ketetapan dan
pengaturan-Nya. Kalau kita masih merasa tidak puas dengan semua keputusan,
ketetapan, pengaturan dan ketentuan Allah itu, maka cari saja Tuhan selain
Allah. Perhatikan firman-Nya dalam hadits Qudsi : ”Akulah
Allah, tiada Tuhan melainkan Aku. Siapa saja yang tidak sabar menerima
cobaan dari-Ku, tidak bersyukur atas nikmat-Ku dan tidak ridha dengan ketentuan-Ku,
maka bertuhanlah kepada Tuhan selain Aku.” (hadist ini diriwatkan oleh
al-Thabrani dalam Al-Mu’jam al-Kabir melalui jalur Abu Hind al-Dari)
Karena
itu, marilah kita sabar dan ikhlas dalam segala keadaan, yakinlah bahwa janji
Allah pasti benar. Percayalah, sabar dan ikhlas, akan membuahkan kebahagiaan
hidup.
Lalu bagaimanakah agar
diri ini tidak menjadi manusia batu? Bagaimanakah agar tubuh yang sudah membatu
ini bisa kembali menjadi manusia seutuhnya sebagai Insan kamil? Bagaimanakah
agar diri ini tidak lagi tuli dari mendengarkan kebenaran? Bagaimanakah agar
diri ini tidak lagi bisu dari mengucapkan kebenaran? Bagaimanakah agar diri ini
tidak lagi buta dari melihat kebenaran? Bagaimanakah agar pikiran ini kembali
melunak? Bagaimanakah agar hati ini kembali menjadi lembut? Bagaimanakah agar
jiwa ini menjadi kembali halus?. Bagaimanakah agar diri ini dapat bersimpu
dihadapan Nya dengan tenang?.
Sebagai seorang muslim, membatunya diri dikarenakan tidak
benar-benar melaksanakan Rukun Islam sehingga setapak demi setapak hilanglah
iman, selangkah demi selangkah terkikislah sabar dan sedepa demi sedepa
hilanglah ikhlas. Rukun Islam adalah kunci seorang muslim untuk bisa memupuk
imannya, menyusun ilmunya, meninggikan sabarnya, menaungi ikhlasnya dan menjaga
ihsannya.
Substansi Syahadat dalam Rukun Islam adalah iman (I),
substansi Shalat adalah ilmu (I), substansi Puasa adalah sabar (S), substansi
Zakat adalah ikhlas (I) dan substansi Haji adalah ihsan (I). Rukun Islam harus
dijalankan secara seimbang dalah kehidupan seorang muslim. Keseimbangan dalam
menjalan kelima Rukun Islam akan mendorong seorang manusia menjadi insan kamil.
Keseimbangan
hidup seorang manusia hanya bisa diperoleh dengan mengawali kehidupannya dengan
keimanan, melaksanakan seluruh aktivitas kehidupannya dengan berdasarkan
keilmuan yang benar dan diseimbangkan dengan keikhlasan dan keihsanan dengan
berporos pada kesabaran. Condongnya sang diri pada salah satu dari kelima Rukun
Islam akan membuat kehidupan menjadi tidak seimbang.
Ketidak
seimbangan dalam menjalankan Rukun Islam akan membuat kehidupan seorang manusia
goyah. Seseorang yang hanya bertumpu pada keimanan saja tanpa melengkapi
dirinya dengan ilmu akan membuat amal perbuatannya tidak bernilai. Seorang yang
mengarahkan seluruh hidupnya untuk meriah ilmu dunia saja yang digunakan hanya
untuk meraih kesejahteraan hidup dunia dalam kungkungan materialisme akan
membuat kehidupannya jatuh dalam titik nadir. Tidak adanya sabar, ikhlas dan
ihsan dalam melakoni kehidupan akan membuat kehidupan ini terserak dan sempit.
na lilO �
i w � �^ laihi raaji’uun.
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan
mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS.
Al-Baqarah [2] : 155-157).
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (QS. Al
‘Ankabuut [29] : 2)
Ketahuilah,
sabar akan sangat sulit dilakukan, apabila kita tidak mampu menyadari, bahwa
segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, pada hakikatnya hanyalah ujian. Harta
yang kita miliki, karir yang bagus, rumah dan mobil mewah yang kita miliki,
anak dan keluarga, itu semua adalah ujian dari Allah dan titipan Allah. Apakah
kita bersyukur atau menjadi kufur?
Kita harus memahami dengan sebaik-baiknya bahwa Allah lah
pemilik yang sebenar-benarnya atas segala sesuatu apapun yang kita miliki di
dunia ini. Dengan menyadari bahwa semua yang kita miliki sebenarnya adalah
milik Allah dan titipan Allah, maka begitu Allah mengambilnya dari kita, insya
Allah kita akan lebih mudah merelakannya. Karena kita menyadari, bahwa semua
itu adalah milik Allah dan titipan Allah. Dan yang namanya titipan, suatu
saat nanti memang pasti akan kembali pada pemiliknya, kapanpun pemiliknya
menghendaki apa yang dititipkan kembali atau mau mengambilnya dari kita, maka
kita harus dengan rela memberikannya.
Jadi,
jangan menjadi stres, terpukul dan merasa kehilangan yang sangat berat, apabila
kemarin kita masih punya mobil, sekarang sudah tidak lagi, jangan stres dan
bersedih hati apalagi sampai meratapi nasib, apabila bulan kemarin usaha kita
masih sukses, sedangkan sekarang kita mengalami kegalalan yang besar.
Karena sesungguhnya dengan adanya musibah, maka seorang
hamba akan mendapatkan pengampunan dari Allah SWT. Perhatikan sabda
Rasulullah saw berikut ini: “Tak seorang muslim pun yang ditimpa
gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan
dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan
dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR
Bukhari dan Muslim).
Ketahuilah
dan yakinlah, bahwa sesungguhnya dalam setiap cobaan berat yang Allah SWT
berikan untuk kita, maka ada hikmah dan pahala yang besar yang menyertainya.
Seperti sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya pahala yang besar
itu, bersama dengan cobaan yang besar pula. Dan apabila Allah mencintai suatu
kaum maka Allah akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridha
maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang murka, maka murka pula
yang akan didapatkannya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani dalam as-Shahihah
[146]).
Rasulullah SAW bersabda : “Tiada henti-hentinya
cobaan akan menimpa orang mukmin dan mukminat, baik mengenai dirinya, anaknya,
atau hartanya sehingga ia kelak menghadap Allah SWT dalam keadan telah bersih
dari dosa (HR. Tirmidzi).
Rasulullah
SAW bersabda, “Tidaklah seseorang mendapatkan pemberian yang lebih
baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita harus rela menerima segala ketentuan Allah dan menyadari bahwa apapun
yang terjadi, sudah ditetapkan Allah SWT dalam Lauhul Mahfuzh. Kita wajib
menerima segala ketentuan Allah dengan penuh keikhlasan. Allah SWT berfirman
: “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS
al-Hadid [57] : 22)
Apabila kita ditimpa musibah baik besar maupun kecil,
sebaiknya kita mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun
(sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya-lah kami kembal).
ini dinamakan dengan kalimat istirja’ (pernyataan kembali kepada Allah SWT).
Kalimat istirja’ akan lebih sempurna lagi jika ditambah, setelahnya dengan doa
yang diajarkan oleh Rasulullah SAW sebagai berikut :“Ya Allah, berilah
ganjaran atas musibah yang menimpaku dan gantilah musibah itu yang lebih baik
bagiku.” Barangsiapa yang membaca kalimat istirja’ dan berdo’a dengan doa
di atas niscaya Allah SWTakan menggantikan musibah yang menimpanya dengan
sesuatu yang lebih baik. (Hadits riwayat Al Imam Muslim 3/918 dari shahabiyah Ummu
Salamah.)
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila ada anak salah
seorang hamba itu meninggal maka Allah bertanya kepada malaikat-Nya, ‘Apakah
kalian mencabut nyawa anak hamba-Ku?’. Maka mereka menjawab, ‘Ya.’ ‘Apakah
kalian telah mencabut nyawa buah hati hamba-Ku?’. Maka mereka menjawab ‘Ya.’
Lalu Allah bertanya, ‘Apa yang diucapkan oleh hamba-Ku?’. Mereka menjawab, ‘Dia
memuji-Mu dan beristirja’ -membaca innaa lillaahi dst-..’ Maka Allah berfirman,
‘Bangunkanlah untuk hamba-Ku itu sebuah rumah di surga, dan beri nama rumah itu
dengan Bait al-Hamd.’.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani dalam as-Shahihah
[1408]).
Perhatikan
sabda Rasulullah SAW berikut ini : “Sungguh mengagumkan urusan seorang
mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Dan hal itu tidak akan
diperoleh kecuali oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan, maka
dia bersyukur. Maka hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia
tertimpa kesusahan maka dia bersabar. Maka itu juga merupakan kebaikan
baginya.” (HR. Muslim)
Setiap amalan akan diketahui pahalanya kecuali kesabaran,
karena pahala kesabaran itu, tanpa batas. Sebagaimana firman Allah SWT
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan
ganjaran/pahala mereka tanpa batas.” (Az Zumar: 10)
Berikut
ini beberapa hal yang perlu diperhatikan, yang bila kita renungkan dan pahami
dengan sebaik-baiknya, insya Allah bisa membuat kita semua bisa sabar dan
ikhlas dalam menghadapi ujian-Nya yang paling berat sekalipun :
- Kita harus percaya pada jaminan
Allah bahwa : ”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya” (QS Al Baqarah [2] : 286).
Allah SWT yang memiliki diri kita, sangat tahu kemampuan kita,
jadi tidak akan mungkin Allah memberikan ujian yang melebihi batas
kemampuan kita.
- Sebenarnya, kita semua pasti
mampu untuk bisa sabar dalam segala ujian dan segala keadaan, asalkan kita
kuat iman.
- Coba kita tanyakan pada diri
kita, saat kita ditimpa suatu ujian kesulitan, kesedihan dan atau
kehilangan, apa manfaat yang bisa kita ambil kalau kita tidak sabar dan
tidak mengikhlaskannya? Apakah dengan ”tidak sabar” dan ”tidak ikhlas” nya
kita, maka bisa menghadirkan kenyamanan untuk kita? Atau bisa membuat
ujian tersebut tidak jadi datang atau tidak jadi menimpa kita? Sekarang
mari kita pikirkan kembali, kita sabar atau tidak sabar, ikhlas atau tidak
ikhlas, ujian kesulitan / kesedihan atau musibah tetap terjadi dan menimpa
kita kan? Jadi lebih baik kita terima dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan. Bila kita bisa sabar dan ikhlas menerimanya, maka insya Allah,
tidak akan terasa berat lagi ujian tersebut, percayalah. Dan ingat, dalam
sabar, terkandung ridha Allah SWT. Dan ridha Allah SWT terhadap kita,
adalah segalanya.
- Kita harus selalu baik sangka
kepada Allah SWT dan jangan pernah sekalipun meragukan dan mempertanyakan
keputusan, ketetapan, pengaturan dan ketentuan Allah. Kita harus
bisa sabar dan ridha terhadap apapun keputusan, ketetapan dan
pengaturan-Nya. Kalau kita masih merasa tidak puas dengan semua keputusan,
ketetapan, pengaturan dan ketentuan Allah itu, maka cari saja Tuhan selain
Allah. Perhatikan firman-Nya dalam hadits Qudsi : ”Akulah
Allah, tiada Tuhan melainkan Aku. Siapa saja yang tidak sabar menerima
cobaan dari-Ku, tidak bersyukur atas nikmat-Ku dan tidak ridha dengan ketentuan-Ku,
maka bertuhanlah kepada Tuhan selain Aku.” (hadist ini diriwatkan oleh
al-Thabrani dalam Al-Mu’jam al-Kabir melalui jalur Abu Hind al-Dari)
Karena
itu, marilah kita sabar dan ikhlas dalam segala keadaan, yakinlah bahwa janji
Allah pasti benar. Percayalah, sabar dan ikhlas, akan membuahkan kebahagiaan
hidup.
Lalu bagaimanakah agar
diri ini tidak menjadi manusia batu? Bagaimanakah agar tubuh yang sudah membatu
ini bisa kembali menjadi manusia seutuhnya sebagai Insan kamil? Bagaimanakah
agar diri ini tidak lagi tuli dari mendengarkan kebenaran? Bagaimanakah agar
diri ini tidak lagi bisu dari mengucapkan kebenaran? Bagaimanakah agar diri ini
tidak lagi buta dari melihat kebenaran? Bagaimanakah agar pikiran ini kembali
melunak? Bagaimanakah agar hati ini kembali menjadi lembut? Bagaimanakah agar
jiwa ini menjadi kembali halus?. Bagaimanakah agar diri ini dapat bersimpu
dihadapan Nya dengan tenang?.
Sebagai seorang muslim, membatunya diri dikarenakan tidak
benar-benar melaksanakan Rukun Islam sehingga setapak demi setapak hilanglah
iman, selangkah demi selangkah terkikislah sabar dan sedepa demi sedepa
hilanglah ikhlas. Rukun Islam adalah kunci seorang muslim untuk bisa memupuk
imannya, menyusun ilmunya, meninggikan sabarnya, menaungi ikhlasnya dan menjaga
ihsannya.
Substansi Syahadat dalam Rukun Islam adalah iman (I),
substansi Shalat adalah ilmu (I), substansi Puasa adalah sabar (S), substansi
Zakat adalah ikhlas (I) dan substansi Haji adalah ihsan (I). Rukun Islam harus
dijalankan secara seimbang dalah kehidupan seorang muslim. Keseimbangan dalam
menjalan kelima Rukun Islam akan mendorong seorang manusia menjadi insan kamil.
Tapi
seringkali manusia tidak menyadari bahwa ketidakseimbangan hidup telah
menimpanya. Seringkali manusia tidak melihat bahwa hidupnya telah terserak dan
semakin menyempit. Ketika tidak menjalankan Rukun Islam dengan sebenar-benarnya
dan sebaik-baiknya maka manusia akan masuk kedalam jurang kerugian. Dan kita
sudah diberi peringatan bahwa kita, manusia, akan berada dalam kerugian.
“Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” [Q.S Al Ashr
(103) : 1-3]
Sekarang saatnya bagi kita untuk mulai menata kembali
kehidupan dengan menjalankan Rukun Islam dengan sebenar-benarnya dan
sebaik-baiknya. Langkah pertama adalah dengan memperbaharui keimanan dengan
memperbanyak dzikir mengucapkan syahadat. Rasulullah SAW sudah bersabda : “perbaharuilah
imanmu dengan mengucapkan laa ilaaha illallaah”.
Pecahkanlah
kebatuan diri dengan dzikir. Batu yang sangat keras akan pecah dengan pukulan
bertubi tubi tiada henti. Hati yang sudah membatu akan kembali melunak dengan
hantaman dzikir yang tiada pernah henti. Dzikir Laa Ilaaha Illallaah juga
merupakan magnet ilmu, pengokoh sabar , perekat ikhlas, dan pengikat ihsan.
Amin.
Marilah kita berdzikir, menyehatkan badan, melunakkan
pikiran, melembutkan hati, menghaluskan jiwa. Ataukah kita akan selamanya
menjadi manusia batu? Apakah manusia batu menjadi pilihan kita?. Ataukah
menjadi manusia yang berbadan sehat, berpikiran bersih, berhati lembut dan
berjiwa halus yang menjadi pilihan kita?.
Segala
Puji Bagi Allah SWT, Rabb seluruh Alam.
==“SECERCAH PUISI”==
Betapa sulit tuk bisa tersenyum ketika hati menangis dan
teriris, Tapi akan terasa indah ketika kita menyadari itu bagian dari kasih
Illahi agar Allah memindahkan kebaikan-kebaikan orang yang menyakiti &
mendzhalimi kita...
Betapa sulit tuk bisa bangkit dari keterpurukan, Tapi akan terasa indah ketika kita menyadari bahwa Allah sedang menyapa dengan cinta-Nya Agar kita tumbuh tegar dan kuat...
Betapa sulit tuk bisa memberi ketika diri sendiri dalam kekurangan, Tapi akan terasa indah ketika kita bisa membahagiakan orang lain bukan membahagiakan diri sendiri...
Betapa sulit tuk bisa memaafkan ketika kita dibenci dan di hina, Tapi akan terasa indah kalau itu bagian dari penyucian diri dan ikhlas hanya mengharap ridlo Illahi...
Betapa sulit tuk bisa melupakan kegagalan ketika kita masih berkubang didalamnya, Tapi akan terasa indah ketika menyadari itu adalah awal dari kesuksesan kita...
Betapa sulit tuk bisa melupakan masa lalu yang menyakitkan, Tapi akan terasa indah ketika menyadari itulah jalan yang harus ditempuh untuk mengawali kebahagiaan yang akan diberikan Allah sebagai penggantinya...
Betapa sulit tuk bisa menghilangkan duka karena kehilangan, Tapi akan terasa indah ketika menyadari bahwa Allah telah meminjamkan kepada kita beberapa saat tuk merasa bahagia...
Betapa sulit tuk bisa menghadapi penderitaan dan cobaan yang terus mendera, Tapi akan terasa indah ketika menumbuhkan kesabaran dan rasa syukur dan menyadari itu bagian dari cara Allah menyayangi hambanya...
Mungkin alasan Tuhan menciptakan kesedihan, kesulitan,dan penderitaan...
agar kita menadah tangan, bersuara dalam hati dan memulainya dengan senyuman...
Betapa sulit tuk bisa bangkit dari keterpurukan, Tapi akan terasa indah ketika kita menyadari bahwa Allah sedang menyapa dengan cinta-Nya Agar kita tumbuh tegar dan kuat...
Betapa sulit tuk bisa memberi ketika diri sendiri dalam kekurangan, Tapi akan terasa indah ketika kita bisa membahagiakan orang lain bukan membahagiakan diri sendiri...
Betapa sulit tuk bisa memaafkan ketika kita dibenci dan di hina, Tapi akan terasa indah kalau itu bagian dari penyucian diri dan ikhlas hanya mengharap ridlo Illahi...
Betapa sulit tuk bisa melupakan kegagalan ketika kita masih berkubang didalamnya, Tapi akan terasa indah ketika menyadari itu adalah awal dari kesuksesan kita...
Betapa sulit tuk bisa melupakan masa lalu yang menyakitkan, Tapi akan terasa indah ketika menyadari itulah jalan yang harus ditempuh untuk mengawali kebahagiaan yang akan diberikan Allah sebagai penggantinya...
Betapa sulit tuk bisa menghilangkan duka karena kehilangan, Tapi akan terasa indah ketika menyadari bahwa Allah telah meminjamkan kepada kita beberapa saat tuk merasa bahagia...
Betapa sulit tuk bisa menghadapi penderitaan dan cobaan yang terus mendera, Tapi akan terasa indah ketika menumbuhkan kesabaran dan rasa syukur dan menyadari itu bagian dari cara Allah menyayangi hambanya...
Mungkin alasan Tuhan menciptakan kesedihan, kesulitan,dan penderitaan...
agar kita menadah tangan, bersuara dalam hati dan memulainya dengan senyuman...
“Semoga
Bermanfaat”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar